Rabu, 19 September 2018

ALKALOID


ALKALOID


A.    PENGERTIAN ALKALOID
Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan.  


Beberapa sifat dari alkaloid yaitu :
1.       Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
2.       Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
3.       Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4.       Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya.
5.       Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6.       Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7.       Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.
8.       Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom N-nya.
9.       Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan logam berat lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid).

B.    SUMBER ALKALOID
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari sejenis musang Kanada ; turunan Pirrol-Feromon seks serangga ; Saksitoksin - Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella ; pirosiamin dari bacterium Pseudomunas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea ; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.
Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genera tanaman tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus. Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting adalah Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim yang mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid, beberapa genera mengandung alkaloid sedangkan genera yang lain tidak mengandung alkaloid. Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genera yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama. Sebagai contoh hiossiamin diperoleh dari tujuh generayang berbeda dari famili tanaman Solanaceae. Dilain pihak alkaloid yang lebih kompleks, seperti vindolin dan morfin, sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu spesies atau genus tanaman.
Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi (terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai contoh reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia sp ; Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana ; dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver samniferum. Pada bagian tertentu tanaman tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tanaman yang lain sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di bagiam tanaman tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga dalam biji (Nux vomica, Areca catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa belladona), akar & rhizoma (Atrpa belladona & Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.
Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman tertentu sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi hingga 1% dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daun Catharanthus roseus diperoleh hanya 4.10-6 % Dapat dibayangkan persoalan yang menyangkut dalam industri yang memproduksi alkaloid yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.

C.    PENAMAAN DAN SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA
1.       Penamaan
Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem penamaan dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis, namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap kerangka individu. Kharaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama berakhiran ”ina”. Di samping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain, diberi nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk obat-obatan/aktifitas fisiologik (contoh, emetin, emetat), atau dari nama pakar kimia alkaloid yang terkenal/penemunya (contoh, pelletierina).
2.     Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

3.     Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naikdan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

D.    KLASIFIKASI
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai
1.       Alkaloid sesungguhnya,
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2.     Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
3.     Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein))
Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:
1.     Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik
Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :
a.      Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.


b.     Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)


c.      Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax


d.     Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora

e.      Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins.
f.      Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.
g.     Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).


h.     Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.

i.       Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)


j.       Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
 
2.     Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping.
a.      Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
b.     Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

E.    PENGGOLONGAN ALKALOIDA
Alkaloida tidak mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan strikhnin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida.  Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara, yaitu :
1.   Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloid piridin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.


2.   Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3.   Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :
a.      Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.     Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
c.      Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.
4.   Sistem klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
a.      Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
b.     Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.

c.      Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekusor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin.



Berikut ini adalah pengelompokan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau struktur intinya yang khas, dimana pengelompokkan dengan cara ini juga secara luas digunakan :
1.       Inti Piridin-Piperidin, misalnya lobelin, nikotin, konini dan trigonelin


2.       Inti Tropan, misalnya hiosiamin, atropine, kokain.

3.        Inti Kuinolin, misalnya kinin, kinidin
4.        Inti Isokuinolin, misalnya papaverin, narsein


5.        Inti Indol, misalnya ergometrin dan viblastin
6.       Inti Imidazol, misalnya pilokarpin.
7.       Inti Steroid, misalnya solanidin dan konesin.

8.       Inti Purin, misalnya kofein.
 
9.       Amin Alkaloid, misalnya efedrin dan kolsikin



F.    FUNGSI ALKALOID PADA TUMBUHAN
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut:
1.     Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2.     Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3.     Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4.     Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5.      Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.




PERTANYAAN:
1. Bagaimana aturan untuk alkaloid, sehingga dapat memiliki gugus amin primer, sekunder, dan tersier? 
2. Suatu alkaloid dapat diidentifikasi dengan metode Culvenor-Fiztgerald. Bagaimana prosedur kerja dari identifikasi tersebut?
3. Fungsi alkaloid adalah sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion. Dalam bidang farmakologi, nikotin sering dimanfaatkan secara luas. Apa yang menyebabkan nikotin dalam rokok berbahaya? 

7 komentar:

  1. Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda no 2
    Identifikasi alkaloid dengan metode Culvenor-Fitzgerald

    Tanaman sirih dan meniran (akar, batang dan daun)
    |
    => dihaluskan kira-kira masing-masing 2gram
    Kloroform
    |
    => ditambahkan sebanyak 5mL
    |
    Amoniak
    |
    => ditambahkan pada tiap tabung sebanyak 5 mL
    => dipanaskan, dikocok, dan disaring
    |
    H2SO4, 2n
    |
    => ditambahkan masing- masing 5 tetes,dikocok
    |
    Filtrat
    |
    => diambil bagian atas masing- masing filtrat
    |
    Pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf
    |
    => diuji pada masing- masing pereaksi
    |
    Hasil

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan jawaban dari eka. saya sependapat dengannya bahwa prosedur kerja metode culvenor-fitzgerald ini dilakukan dengan penambahan kloroform dan amoniak pada sampel yang kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring lalu ditambahkan asam sulfat sehingga filtrat yang diperoleh diuji lagi dengan 3 pereaksi baik itu mayer, wagner, dan dragendrof. perlu diketahui bahwa ditambah kloroform (larutan tidak berwarna) menghasilkan larutan jingga dan kuning, setelah itu saat ditambahkan amoniak (larutan tidak berwarna) terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna merah dan lapisan bawah berwarna kuning. Dan pada saat dipanaskan diperoleh larutan berwarna merah bata pada bagian atas dan berwarna kuning kecokelatan dibagian bawah. Peran penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil fenolik dari asam tanin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tanin akan terikat oleh kloroform. Sedangkan penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolit sekundernya. Penambahan ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquos yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. dengan demikian dapat dilanjutkan dengan mengambil filtratnya lalu diuji dengan 3 pereaksi seperti mayer, wagner dan dragendrof yang dimana akan terbentuk endapan.

      Hapus
  2. Saya akan menjawab permasalahan nomor 3
    Setiap menghisap rokok, nikotin akan masuk ke dalam paru paru dan selanjutnya diserap ke dalam aliran darah. Hanya dalam waktu 8 detik, nikotin ini akan sampai ke otak dan merubah kerja otak. Proses ini berlangsung cepat karena nikotin bentuknya mirip dengan acetylcholine yang normal terdapat di dalam otak.

    Nikotin selanjutnya akan meningkatkan denyut jantung dan frekuensi pernafasan. Nikotin juga akan meningkatkan kadar gula darah. Hal ini menyebabkan seorang perokok akan merasa lebih segar setelah merokok.

    Nikotin yang terdapat di dalam sel saraf otak juga akan merangsang pengeluaran dopamin. Zat ini merupakan zat yang dapat meningkatkan rasa puas, nyaman dan kesenangan. Pada orang normal, efek dopamin biasanya dicetuskan oleh makanan, rasa nyaman dan kasih sayang dengan orang yang dicintai. Itulah sebabnya mengapa perokok merasakan kenikmatan pada saat menghisap rokok.

    Dalam 40 menit, setengah dari efek dopamin akan menghilang. Nah, di saat seperti inilah timbul keinginan untuk menghisap satu batang rokok lagi. Hal inilah mengapa seorang perokok akan terus merokok tanpa putus untuk mendapatkan konsentrasi dopamin yang mereka inginkan di dalam otak.

    Nikotin akan menyebabkan ketergantungan yang mirip dengan ketergantungan akan obat obatan narkotika karena nikotin mampu merubah beberapa fungsi otak seperti yang dijelaskan diatas.

    Selain nikotin, satu batang rokok mengandung setidaknya 4.000 zat kimia yang berbahaya. Diantara zat zat tersebut yang paling berbahaya adalah tar dan karbon monoksida. Tar dapat menyebabkan kanker paru, empisema dan penyakit saluran nafas lainnya. Karbon monoksida dapat menyebabkan masalah pada jantung.

    Perokok juga akan merasakan gangguan pada penciuman dan pengecapan. Menurunkan stamina berolah raga, penuaan dini, dan perubahan warna gigi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya akan menambahkan penyebab lainnya
      1. Resiko Keguguran dan Kematian Bayi untuk Ibu Hamil
      Ibu hamil yang tetap merokok selama kehamilan juga akan menerima resiko dari nikotin diantaranya keguguran dan kematian janin. Nikotin yang tersebar langsung ke dalam darah ibu hamil bisa sampai ke janin lewat plasenta. Bahkan sebuah studi membuktikan penumpukan nikotin terbanyak ada dijanin. Penumpukan nikotin ini akan menyebabkan janin kekurangan aliran darah dari plasenta. Hal inilah yang akan menyebabkan kematian janin dan keguguran. Bahkan jika janin tetap bisa lahir pada waktunya maka resiko kematian tetap sangat tinggi.

      2. Resiko Bayi Cacat Lahir

      Ibu hamil yang tetap merokok selama trimester pertama juga bisa memiliki resiko melahirkan bayi cacat. Jenis cacat lahir yang paling sering terjadi adalah bibir sumbing dan dinding langit-langit. Hal ini terjadi karena nikotin yang berasal dari darah ibu bayi akan terbawa hingga ke plasenta yang dibutuhkan oleh janin untuk pertumbuhan. Pada trimester pertama sebenarnya janin membutuhkan asupan nutrisi dan darah yang sehat. Kandungan nikotin dalam darah inilah yang akan menganggu proses pembentukan organ tubuh bayi sehingga bisa menyebabkan lahir bayi cacat.

      3. Penurunan Berat Badan
      Perokok biasanya memiliki badan yang lebih kurus dibandingkan orang yang tidak merokok. Hal ini dipicu oleh nikotin yang terdapat pada rokok yang menyebabkan efek khusus untuk nafsu makan. Kehilangan berat badan menjadi resiko yang paling sering terjadi karena perokok tidak memiliki nafsu makan yang cukup baik. Nikotin yang masuk ke dalam tubuh lewat darah menyebabkan perokok tidak memiliki sistem pencernaan yang baik. Beberapa akibat dari masalah penurunan nafsu makan bisa memicu sembelit, kerusakan pencernaan dan diare. Jika terus terjadi maka tubuh akan semakin lemah. (baca juga : makanan untuk penderita diare)

      Melemahkan Sistem Otot Tubuh
      Perokok juga harus menyadari bahwa nikotin bisa menyebabkan fungsi otot tubuh menurun drastis. Nikotin bisa mengalir lewat darah dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 detik saja untuk mencapai otak. Nikotin yang sudah sampai ke dalam otak kemudian akan mengacaukan sistem perintah dengan efek berupa otot yang berkedut dan otot yang terus melemah. Nikotin yang terus mengalir lewat darah kemudian juga bisa menyebabkan otot menjadi semakin lemah. Jika terus terjadi maka bisa menyebabkan kegagalan fungsi otot tubuh.

      Hapus
  3. Baiklah saya akan menjawab permasalahan ketiga dimana Ketika seseorang menghirup asap rokok, nikotin disuling dari tembakau dan dibawa oleh partikel asap ke dalam paru-paru yang kemudian akan diserap dengan cepat ke dalam vena pulmonaris paru.

    Selanjutnya, partkel nikotin memasuki sirkulasi arteri dan bergerak menuju otak. Nikotin akan dengan mudah mengalir ke jaringan otak, di mana partikel-partikel ini akan mengikat reseptor nAChRs, reseptor ionotropik (ligand-gated ion channel) yang terbuka untuk memungkinkan kation seperti sodium dan kalsium melewati membran dalam menanggapi lebih banyak pengikatan utusan kimia, seperti neurotransmitter.

    Salah satu neurotransmiter ini adalah dopamin, yang dapat meningkatkan mood Anda dan mengaktifkan perasaan senang. Efek nikotin dalam tembakau inilah yang menjadi adalah alasan utama yang membuat tembakau dan rokok sangat adiktif.

    Ketergantungan nikotin melibatkan perilaku serta faktor fisiologis. Perilaku dan isyarat yang mungkin terkait dengan merokok, meliputi:

    Waktu-waktu tertentu di satu hari, misalnya, merokok sambil ngopi dan sarapan, atau saat jam istirahat kerja
    Setelah makan
    Dibarengi minuman alkohol
    Tempat-tempat tertentu atau orang-orang tertentu
    Saat menelepon
    Di bawah tekanan, atau saat sedang merasa sedih
    Melihat orang lain merokok, atau mencium bau rokok
    Saat berkendara
    Tanda dan gejala kecanduan nikotin

    Pada sebagian orang, merokok bisa dengan sangat cepat menyebabkan ketergantungan nikotin walaupun dikonsumsi hanya dalam jumlah kecil. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala kecanduan nikotin:

    Tidak bisa berhenti merokok. Walaupun Anda telah mencoba beberapa kali untuk berhenti merokok.

    Anda mengalami “sakaw” saat berhenti merokok. Semua percobaan berhenti merokok yang telah Anda lakukan menimbulkan tanda dan gejala sakaw, baik fisik maupun perubahan mood, seperti ngidam yang amat parah, cemas dan gugup, mudah tersinggung atau marah, gelisah, sulit konsentrasi, merasa depresi, frustasi, kemarahan, peningkatan rasa lapar, insomnia, dan sembelit atau bahkan diare.

    Tetap merokok walaupun memiliki masalah kesehatan. Walaupun Anda telah terdiagnosis masalah kesehatan tertentu yang berkaitan dengan jantung atau paru, Anda tidak bisa dan/atau mampu untuk berhenti.

    Anda lebih mementingkan untuk bisa merokok daripada melakukan aktivitas sosial maupun rekreasional. Anda mungkin lebih memilih untuk tidak lagi mengunjungi satu restoran sama sekali karena peraturan larangan merokok dari restoran tersebut, atau lebih memilih untuk tidak bersosialisasi dengan orang-orang non-perokok karena Anda tidak bisa merokok dalam situasi atau di lokasi tertentu.

    BalasHapus
  4. baiklah saya akan menambahkan jawaban n0 2
    Pada identifikasi alkaloid ini digunakan metoda Culvenor – Fitzgerald. Filtrat yang diperoleh dengan cara marajang halus dan menggerus sampel dalam lumpang kemudian ditambahkan amoniak – kloroform 0,05 N, larutan H2SO4 diuji dengan beberapa pereaksi. Berdasakan data yang diperoleh, diketahui bahwa daun ketela pohon mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan adanya endapan putih keruh ke filtrat direaksikan dengan pereaksi Mayer. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada. Pada identifikasi alkaloid ini tidak hanya pereaksi Mayer yang digunakan sebagai pereaksi, tapi masih ada pereaksi lain yang digunakan yaitu pereaksi Wagner yang ditandai dengan adanya endapan coklat dan selanjutnya pereaksi Dragendorf ditandai dengan adanya endapan orange. Namun, setelah percobaan ternyata daun ketela pohon bereaksi positif dengan pereaksi Mayer terbukti dengan adanya endapan putih keruh.

    BalasHapus
  5. saya ingin menjawab pertanyaan nomor 3, nikotin merupakan zat adiktif yang mengakibatkan kecanduan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Tapi, tidak hanya dalam produk tembakau, nikotin juga terkandung dalam sayuran, seperti kembang kol, kentang, terong, dan tomat. jika dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka panjang, nikotin akan menyebabkan efek kecanduan.


    BalasHapus