FLAVONOID
A.
PENGERTIAN FLAVANOID
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
tumbuhan. Di dalam tumbuhan flavonoid biasanya berikatan
dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut
aglikon. Aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur,
semuanya mengandung 15 atom karbon (C) dalam inti dasarnya yang tersusun dalam
konfigurasi C6 – C3
– C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga
karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Ketiga cincin
tersebut diberi tanda A, B, dan C. Atom karbon diberi nomor menurut sistem
penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka
beraksen untuk cincin B.
B. SEJARAH SENYAWA FLAVONOID
Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol
yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil
menetapkan struktur cincin aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa
fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia
senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah usang. Akan tetapi
topic-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus menerus muncul
dengan adanya penemuan-penemuan baru. Dengan demikian, senyawa-senyawa fenol
dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berkembang.
Sifat-sifat kimia dari senyawa
fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetic senyawa-senyawa ini dapat
dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1.
Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau
jalur shikimat.
2.
Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara
kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada benda
yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan
dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna
kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu
semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis
flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh
serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat
menolak sejenis ulat tertentu.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru
dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid
merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat
ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba,
rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak
zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan
penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan.
Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan
flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi
yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid
berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi,
interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV,
molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi
dan fertilitas jantan.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang
Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak
vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita
pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986)
menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum
anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan.
Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat
komunikasi‟
(molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat
berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang
bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif
(menstimulasi).
C.
KLASIFIKASI FLAVONOID
Kelas – kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik – oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan
tumbuhan mula - mula didasarkan pada
telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan
ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi satu arah dan
pemeriksaan ekstrak etanol secara dua arah. Akhirnya flavonoid dapat dipisahkan
secara kromatografi. Komponen masing – masing diidentifikasi dengan
membandingkan kromatografi dan spektrum dengan memakai senyawa pembanding yang
sudah dikenal.Kerangka dasar tipe– tipe flavonoid terlihat seperti gambar 4.
D. KLASIFIKASI SENYAWA FLAVONOID
Flavonoid merupakan metabolit
sekunder yang paling beragam dan tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit
sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan peran biologi
yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan
fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid banyak
terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan berpembuluh.
Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari
seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi
flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar
fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang
terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi
gugus kimia pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi
dan glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah
diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk
monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan
polimer.
Istilah flavonoid diberikan untuk
senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu
flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai
kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon
yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan
oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri
dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari
system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang
banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama.
Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan
neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku
leguminosae. Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar
tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari
struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada
posisi 2,4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada
posisi para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di
para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya
sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik
dalam senyawa trisiklis.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat
pada suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa
oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin.
Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa
antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon.
Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa
metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid
(1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok
tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi
ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung
isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk
mensintesanya.
Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah
berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui fungsi fisiologisnya,
misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat dimanfaatkan untuk
obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk keperluan kesehatan
antara lain:
1.
Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi
melalui efek penghambatan jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan
prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas „radical scavenging’ suatu
molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh
negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang
dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin,
gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.
2.
Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi
sebagai antitumor/antikanker adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon
(bebas). Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat pada
kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein, melalui mekanisme
sebagai berikut :
a.
penghambatan pembelahan/proliferasi sel (baik sel
normal, sel yang terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel
kanker payudara yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang
diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel, khususnya penghambatan
pembentukan protein yang mengandung tirosin;
b.
penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II;
c.
penghambatan regulasi siklus sel;
d.
sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan
oleh sifat reaktif terhadap senyawa radikal bebas;
e.
sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman
faktor pertumbuhan betha atau TGFβ). Mekanisme tersebut dapat berlangsung
apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM.
3.
Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa
flavonoida pada virus diduga terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat
(DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein.
Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut
berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh
rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit
hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus
berlangsung.
4.
Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui
mekanisme sebagai berikut:
a.
penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast,
yaitu sel yang mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin;
b.
penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3‟,5‟
siklik monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca;
c.
berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein.
Senyawa-senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi antara
lain terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
5.
Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon
terhadap sistem peredaran darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh
para peneliti pada aspek berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif
sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti
berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga
berpotensi menghambat, pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan
demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada pembuluh
darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD
(cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan
hipokholesteremik senyawa isoflavon.
6.
Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi
estrogen menurun sehingga menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja
berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang, jantung,
dan mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor
estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali gen pada kromosom yang
disebut _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan dada, tulang, dan
empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon, khususnya genistein, dapat
terikat dengan _-ER. Walaupun ikatannya lemah, tetapi dengan β-ER mempunyai
ikatan sama dengan estrogen. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek
hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan
struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana equol mempunyai
struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen
berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses kalsifikasi, maka
adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain, isoflavon dapat melindungi
proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap padat dan masif.
7.
Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan
kolesterol terbukti tidak saja pada hewan percobaan seperti tikus dan kelinci,
tetapi juga manusia. Pada penelitian dengan menggunakan tepung kedelai sebagai
perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang menurun, tetapi juga
trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high density
lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme lain penurunan
kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme
sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan
kolesterol.
Penggolongan
Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan
1.
Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil
flavonoid terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak
tahan asam, pengaruh glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan
lebih mudah larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa
disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang
glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid
misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain.
2.
Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti
benzen dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula
terikat pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang
terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah
galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.
3.
Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu
ion sulfat atau lebih yang terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis
termasuk bisulfate karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak
berupa glikosida bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih
bebas atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai
ekologi dengan habitat air.
4.
Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh
Furukawa dari ekstrak daun G. biloba berupa senyawa berwarna kuning yang
dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi
[I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan
dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara
flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah
2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan
interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa
biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat
pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah
biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun
yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak
diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon,
robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki
struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda
pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid.
Sistem cincin bisiklis dinamai cincin
A dan C, sedangkan cincin unisiklis dinamai cincin B. Kedua unit monomer
biflavonoid ditandai dengan angka Romawi I dan II. Posisi angka pada
masing-masing monomer dimulai dari cincin yang mengandung atom oksigen, posisi
ke-9 dan ke-10 menunjukkan karbon pada titik penyatuan. Senyawa biflavonóid
berperan sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti kanker, anti alergi,
antimikrobia, antifungi, antibakteri, antivirus, pelindung terhadap iradiasi
UV, vasorelaksan, penguat jantung, anti hipertensi, anti pembekuan darah, dan
mempengaruhi metabolisme enzim. Sebagian besar peran di atas dapat dipenuhi
oleh berbagai senyawa biflavonoid yang diekstraksi dari berbagai spesies Selaginella. Seperti yang telah dikemukakan di atas
biflavonoid merupakan flavonoid dimer yang biasanya terlibat adalah flavon dan
flavonon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang sederhana, 5,
7, 4' dan ikatan antar flavonoid berupa C-C atau eter. Biflavonoid jarang
ditemukan sebagai glikosida dan penyebarannya terbatas umumnya pada
paku-pakuan, Gimnospermae, Angiospermae. Salah satu struktur flavonoid yang
bernilai tinggi sebagai bahan obat adalah biflavonoid. Di Asia Timur
biflavonoid banyak dihasilkan dari daun Ginkgo biloba L. dengan kandungan utama
ginkgetin Di Afrika sub Sahara biflavonoid banyak dihasilkan dari biji Garcinia
cola Heckel dengan kandungan utama kolaviron. Di Eropa biflavonoid banyak
dihasilkan dari herba Hypericum perforatum L. dengan kandungan utama amentoflavon.
Selaginella Pal. Beauv. (Selaginellaceae Reichb.) sangat berpotensi sebagai
sumber biflavonoid. Tumbuhan ini dapat menghasilkan berbagai jenis biflavonoid,
tergantung spesiesnya, serta memiliki sebaran yang bersifat kosmopolitan
sehingga dapat dibudidayakan hampir di seluruh permukaan bumi.
E. BIOSINTESA FLAVONOID
Pola biosintesa pertama kali
disarankan oleh Birch, yaitu: pada tahap-tahap pertama biosintesa flavonoida
suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2 menghasilkan unit
C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah
mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.
Cincin A dari struktur flavonoid
berasal dari jalur poliketida, yaitu kondensasi dari tiga unit asetat atau
malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propane berasal
dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon
dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintesa utama
untuk cincin aromatic yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai
akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon
dari rantai propane dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan
rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya.
Jalur sintesis flavonoid bermula
dari produk glikolisis yaitu fosfoenol piruvat. Selanjutnya, produk tersebut
akan memasuki alur shikimat untuk menghasilkan fenilalanin sebagai materi awal
untuk alur metabolic fenil propanoid. Alur tersebut akan menghasilkan 4-coumaryl-coA,
yang akan bergabung dengan malonyl-coA untuk menghasilkan struktur sejati
flavonoid. Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ini disebut
khalkon. Bentuk lain diturunkan dari khalkon melalui berbagai alur dan
rangkaian proses enzimatik, seperti: flavanol, flavan-3-ols, proantosianidin (tannin).
F. IDENTIFIKASI FLAVONOID
Sebagian besar senyawa flavonoid
alam ditemukan dalam bentuk glikosidanya, dimana unit flavonoid terikat pada
suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang
saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida
terbentuk apabila gugus hidroksil dari alcohol beradisi kepada gugus karbonil
dari gula, sama seperti adisi alcohol kepada aldehid yang dikatalis oleh asam
menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisis oleh asam, suatu
glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan
alcohol yang sebanding dan alcohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu
gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosa tersebut masinbg-masing
disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai
mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam
molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit
larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene, kloroform dan aseton.
Flavonoid merupakan metabolit
sekunder dalam tumbuhan yang mempunyai variasi struktur yang beraneka ragam,
namun saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama. Jalur biosintesis
flavonoid dimulai dari pertemuan alur asetat malonat dan alur sikimat membentuk
khalkon, dari bentuk khalkon ini diturunkan menjadi bentuk lanjut menjadi
berbagai bentuk lewat alur antar ubah posisi, dehidrogenasi, denetilasi dan
lain-lain. Kenudian daripada itu menghasilkan bentuk sekunder dihidrokalkon,
flavon, auron, isoflavon (penurunan selanjutnya membentuk peterokarpon dan
rotenoid) dan dehidroflavonol (penurunan selanjutnya antosianidin, flavonol,
epikatekin ) .
Dari bentuk-bentuk sekunder
tersebut akan terjadi modifikasi lebih lanjut pada berbagai tahap dan
menghasilkan penambahan / pengurangan hidroksilasi, metilenasi,
ortodihidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi,
pembentukan bisulfat, dan yang terpenting glikolisasi gugus hidroksil
G. SENYAWA FLAVONOID PADA TUMBUHAN
Flavonoid sebenarnya terdapat pada
semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar,
bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang melaporkan flavonoid pada
hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, propilis (sekresi lebah),
sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil biosintesis melainkan dari
tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut, Penyebaran flavonoid terbatas
pada golongan tumbuhan dengan tingkat biovita atau yang lebih tinggi, golongan
tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang asal-usulnya lebih baru dibanding golongan
tumbuhan yang tidak mengandung flavonoid (500 - 3000 juta tahun), segi penting
dari penyebaran flavonoid ini adalah adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan
yang secara takson berkaitan akan menghasilkan jenis flavonoid yang serupa.
Senyawa antosianin sering
dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan. Sianidin umumnya terdapat pada suku
Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak terdapat pada subdivisi Gymnospernae
sedang isoflavonoid pada suku leguminosae.
Pada tumbuhan yang mempunyai
morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan paku ekor kuda mengandung senyawa
flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon, Khalkon, dihidrokhalkon, C-Gl
ikosida. Angiospermae mengandung senyawa flavonoid kompleks yang lebih banyak.
H. SIFAT FISIKA DAN KIMIA SENYAWA FLAVONOID
Flavonoid merupakan senyawa
polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut
dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka
juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol,
etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Di samping
itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga
cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Pemisahan senyawa
golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai macam pelarut
dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut:
1.
Flavonoid bebas dan aglikon, dalam eter.
2.
O-Glikosida, dalam etil asetat.
3.
C-Glikosida dan leukoantosianin dalam butanol dan amil
alkohoI. Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang
meningkat.
I.
ISOLASI
FLAVONOID
1. Isolasi Dengan methanol
Terhadap bahan yang telah dihaluskan,
ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1)
dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan
dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3
volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi
menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan
dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil,
santifil dan lain-lain .
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan
metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak kental ditambah air panas dalam
volume yang sama, Ekstrak air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi
kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk
bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat
diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase air
ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan
pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan
didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk
C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung
dilakukan pemisahan dari komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan
mempergunakan kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam
mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid
berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut.
Serbuk kering diekstraksi dengan
kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah
tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi
gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga
fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
J. KERANGKA FLAVONOID
Susunan ini dapat menghasilkan
tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1.
Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
2.
Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
3.
Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka
2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat
pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan oleh jembatan oksigen
sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru .
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut
pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan
terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang menghubungkan rantai
tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Sistem penomoran untuk
turunan flavonoid diberikan dibawah:
Di antara flavonoid khas yang mempunyai kerangka seperti diatas
berbagai jenis dibedakan tahanan oksidasi dan keragaman pada rantai C3. Flavonoid
mencakup banyak pigmen yang umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai
dari fungsi sampai angiospermae.
1.
Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua
golongan senyawa yang mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa terwarna,
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan berkayu.kita hanya mengenal tiga jenis
katekin, perbedaannya hanya pada jumlah gugus hidroksil pada cincin B. Senyawa
ini mempunyai dua atom karbon kiral dan karena itu mungkin terdapat 4 isomer.
2.
Flavanon dan Flavanonol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit
sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Mereka terwarna atau hanya
kuning sedikit. Karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna maka sebagian
besar diabaikan. Flavanon (atau dihidroflavanon) sering terjadi sebagai aglikon
(60) tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai, misalnya, hesperidin dan
naringin dari kulit buah jeruk. Flavanonol merupakan flavonoid yang kurang
dikenal, dan kita tidak mengetahui apakah senyawa ini terdapat sebagai
glikosida.
3.
Flavon, flavanol, isoflavon
Flavon atau flavonol merupakan senyawa
yang paling tersebar luas dari semua semua pigmen tumbuhan kuning, meskipun
warna kuning tumbuhan jagung disebabkan oleh karatenoid. Isoflavon tidak begitu
menonjol, tetapi senyawa ini penting sebagai fitoaleksin. Senyawa yang lebih
langka lagi ialah homoisoflavon. Senyawa ini biasanya mudah larut dalam air
panas dan alkohol meskipun beberapa flvonoid yang sangat termitalasi tidak
larut dalam air.
4.
Auron
Auron atau system cincin
benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :
Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini
umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai
ialah bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi
merah ros. Beberapa auron, struktur dan tumbuhan sumber terdapat dalam contoh
dibawah ini.
K. AKTIVITAS BIOLOGIS FLAVONOID
Senyawa flavonoid diketahui memiliki beberapa aktivitas biologis
diantaranya yaitu :
1. Sebagai antioksidan
Mekanisme reaksi flavonoid
sebagai antioksidan terjadi melalui proses scavenging
reactive oxygen species yang dapat dituliskan sebagai berikut :
Radikal
flavonoid (FL-O*) dapat bereaksi kembali dengan senyawa radikal bebas kedua,
membentuk struktur kuinon yang stabil. Radikal flavonoid (FL-O*) akan mengalami
reaksi terminasi dengan radikal bebas (R*) membentuk senyawa flavonoid –
radikal (FL-OR)yang stabil dan tidak
reaktif. 10
FL-O* + R
-------------> Fl-OR
Contoh senyawa flavonoid yang memiliki
aktivitas antioksidan adalah Rutin, Quercetin, dan lain - lain.
2. Sebagai antimikroba
Abyssinone I (Gol. Flavanon)
efektif terhadap Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis.
3. Sebagai antifungi
Abyssinone I (Gol. Flavanon)
efektif terhadap Sclerotinia libertiana
4. Sebagai antikanker
Isochamaesjasmin (Gol. Biflavonoid) dengan mencegah proses inisiasi dan
promosi. Mekanismenya yaitu dengan menghambat kerja enzim DNA topoisomerase IB
(topo I) dan topoisomerase II (topo II) pada sel kanker. Enzim
tersebut adalah enzim yang berperan dalam proses replikasi transkripsi dan
rekombinasi DNA dan juga proses proliferasi dan diferensiasi sel kanker.
Dengan dihambatnya enzim DNA topoisomerase maka proses dalam
sel akan terhenti dan akhirnya akan terjadi kematian sel tersebut.
5. Sebagai antiviral
Fustin (Gol. Dihroflavonol) memiliki aktivitas antiviral terhadap virus
Herpes Simplex tipe I
6. Sebagai vasodilator
Contoh : Hesperidin (Gol. Flavon) 4,
Isoflavon 12
PERTANYAAN:
1. Bagaimana peranan penting Flavonoid dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan ?
2. Banyak faktor yang menyebabkan flavonoid banyak memiliki jenis di alam, salah satunya adalah tingkat hidroksilasi. Apa itu hidroksilasi? Bagaimana mekanismenya?
3. Jelaskan bagaimana jalur biosintesis flavonoid secara umum!
Saya ingin menanggapi permasalahan kedua. Apa itu hidroksilasi? Hidroksilasi adalah proses kimia yang memasukkan gugus hidroksil (-OH) ke dalam senyawa organik.
BalasHapusSaya akan menambahkan jawabannya
Hapusmisal penyisipan oksigen pada ikatan C-H pada alifatik dan aromatik. Reaksi redoks terhadap gugus fungsional karbonat yang digabung dengan NAD+/NADH atau FAD/FADH2 banyak dijumpai pada reaksi-reaksi kimia organik. Reaksi dipercepat oleh sistem enzim yang diklasifikasi sebagai dehidrogenase atau oksidase. Dioksigenase mengkatalisis penyisipan kedua atom oksigen dan monooksigenase (hidroksilase) mengkatalisis penyisipan satu oksigen sedangkan atom oksigen lain membentuk air. Secara simbolis reaksi dapat diperumuskan dalam reaksi (10)-(12).
Monooksigenase merupakan reaksi yang penting. Reaksi tersebut bertanggungjawab pada hidroksilasi senyawa alifatik, misal steroid dan α-oksidasi terhadap asam lemak; hidroksilasi terhadap senyawa aromatik, misal konversi fenil alanin menjadi tirosin; dealkilasi terhadap amina, eter dan tioeter; oksidasi terhadap gugus amino menjadi nitro; sulfida menjadi sulfon, dan sebagainya.
Baiklah saya akan menanggapi permasalahan yang ketiga , Pola biosintesis pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada tahap tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2).kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yaitu kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintes utamadari cincin aromatik yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propana dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti pada ikatan rangkap, gugus hidroksi, gugus karbonil, dan sebagainya. Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.
BalasHapusPada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton. Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun, buah, akar, batang dan biji dari tumbuh-tumbuhan obat. Bagian tersebut umumnya mengandung senyawa fenol dan polifenol.
saya ingin mencoba menanggapi permasalah saudara yang ketiga
BalasHapusSecara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat
1. Jalur poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara asetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonatCoA. Setelah itu malonatCoA akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA. AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan reaksi ini akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentuk akan berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akan membentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi dari bahan fenilpropanoid
2. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh suatu asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini melibatkan eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk akan ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dan tirosin. Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentuk asam sinamat sedangkan tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karena adanya subtitusi pada gugus benzennya
baik saya akan menjawab permsalahan no 3, bisa dilihat dari alamat dibawah ini
BalasHapushttps://2.bp.blogspot.com/-ULBv3OP5xs8/W53Kc-_wmiI/AAAAAAAAAGw/3xPz8EBfWg4VhSqPwDgIQjKrcAwh33ydgCLcBGAs/s1600/biosintesis-flavonoid1.gif
saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan.
BalasHapus