KARAKTERISTIK
SENYAWA ORGANIK BAHAN ALAM
Sejak kehidupan
manusia pertama Nabi Adam AS hingga detik ini manusia memanfaatkan bahan alam
untuk hidup. Untuk mendukung kehidupan: kelahiran, pertumbuhan, makan, minum,
pakaian, papan, keindahan, seni, beragama, dan kematian manusia tidak bisa
terlepas dari bahan alam. Kesemua aspek kehidupan tersebut manusia sangat
tergantung dengan zat alami yang dihasilkan oleh makhluk hidup lain. Dari sisi
makhluk produsen, senyawa alami ada yang digunakan sebagai zat esensial untuk
hidup dan ada zat yang sekedar untuk mendukung kehidupan. Zat esensial untuk
hidup digunakan untuk dasar-dasar kehidupan: tumbuh, berkembang, dan
bereproduksi. Sedangkan zat pendukung kehidupaan digunakan sebagai zat
pertahanan dari gangguan makhluk lain, menarik (attractant) makhluk lain, dan
alelopat untuk mendominasi suatu kawasan, menetralkan racun, dll.
Senyawa
alami secara umum adalah molekul kimia berupa mineral, metabolit primer, dan
metabolit sekunder. Secara famili besar, metabolit primer dan metabolit sekunder
adalah senyawa organik.
Biosintesis
merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme) dari molekul
yang sederhana sehingga menjadi molekul yang lebih kompleks yang terjadi pada
organisme hidup Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia
di dalam organisme dan sel. Bahan alam dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsi
terhadap makhluk hidup pembuatnya yakni:
1. Metabolit primer
2. Metabolit sekunder
Metabolit
sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh makhluk tumbuhan, mikrobia atau
hewan melewati proses biosintesis yang digunakan untuk menunjang kehidupan
namun tidak vital (jika tidak ada tidak mati) sebagaimana gula, asam amino dan
asam lemak. Metabolit ini memiliki aktifitas farmakologi dan biologi. Di bidang
farmasi secara khusus, metabolit sekunder digunakan dan dipelajari sebagai
kandidat obat atau senyawa penuntun (lead compound) untuk melakukan optimasi
agar diperoleh senyawa yang lebih poten dengan toksisitas minimal (hit).
1. METABOLITE PRIMER
Metabolisme
primer pada tumbuhan seperti respirasi dan fotosintesis yang merupakan proses
yang esensial bagi kehidupan tumbuhan. Metabolisme primer membentuk metabolit
primer. Metabolisme sekunder merupakan proses yang tidak esensial bagi
kehidupan organisme. Metabolisme sekunder terjadi pada saat sel dalam tahap
diferensiasi menjadi sel yang lebih terspesialisasi (fase stasioner).
Sedangkan
yang dimaksud dengan metabolit primer yaitu hasil metabolisme yang digunakan
untuk kelangsungan hidup (proses tumbuh), contoh : asam amino, asetil CoA, gula
– gula, nuklelotida, asam sitrat, lipid, protein, dan karbohidrat. Metabolit
sekunder yaitu hasil metabolisme yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan,
tetapi misalnya untuk pertahanan diri, contoh : senyawa yang diturunkan dari
metabolit primer seperti protein, lipid, asam nukleat, dan karbohidrat. Secara
sederhana dibagi atas 3 golongan besar, yaitu fenolik, senyawa bernitrogen, dan
terpenoid.
Memiliki ciri:
Esensial
untuk hidup: pertumbuhan normal, perkembangan dan reproduksi. Berupa enzim
fisiologis, menghasilkan energi misalnya karbohidrat.
·
Terlibat
langsung dalam fungsi fisiologis normal protein dan enzim
·
Terdapat
di dalam organisme atau sel
·
Dikenal
dengan istilah metabolit sentral
·
Berat
molekul (BM) dari kecil dalam bentuk monomer hingga sangat besar polimer ( >
1500 Dalton).
·
Contoh: glukosa, asam organik sederhana, asam
lemak, protein, hormon, enzim adalah metabolit primer.
2. METABOLITE SEKUNDER
Metabolit
sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang tidak memiliki
fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi, transport solut,
translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi, pembentukan
karbohidrat, protein dan lipid. Metabolit sekunder yang seringkali hanya
dijumpai pada satu spesies atau sekelompok spesies berbeda dari metabolit
primer (asam amino, nukelotida, gula, lipid) yang dijumpai hampir di semua
kingdom tumbuhan. Metabolit sekunder yang merupakan hasil samping atau
intermediet metabolisme primer:
•
Berperan penting pada dua strategi resistensi, yaitu: a) level struktur, phenyl
propanoid
Adalah komponen utama polimer
dinding polimer lignin dan suberin, b) menginduksi
Antibiotic pertahanan yang
berasal dari fenolik dan terpenoid (fitoaleksin)
•
Melindungi tumbuhan dari gangguan herbivor dan menghindari infeksi yang
disebabkan oleh patogen
mikrobia. Tumbuhan menggunakan metabolit sekunder
sebagai antibiotik atau agen sinyal
selama interaksi dengan patogen
•
Menarik polinator dan hewan penyebar biji
•
Berperan sebagai agen kompetisi antar tanaman
•
Memberikan kontribusi yang bernilai terhadap hubungan antara tumbuhan dan
lingkungannya
Memiliki ciri:
·
Tidak
terlibat langsung dalam metabolism/kehidupan dasar pertumbuhan, perkembangan
dan reproduksi.
·
Tidak
esensial, ketiadaan jangka pendek tidak berakibat kematian. Ketiadaan jangka panjang
mengakibatkan kelemahan dalam pertahanan diri, survival, estetika, menarik
serangga.
·
Golongan
metabolit sekunder distribusi hanya pada spesies pada filogenetik /familia tertentu.
·
Seringkali
berperan di dalam pertahanan terhadap musuh.
·
Senyawa
organik dengan berat molekul 50-1500 Dalton Sehingga disebut mikro molekul.
·
Penggolongan
utama: terpenoid, fenil propanoid, poliketida, dan alkaloid adalah metabolit
sekunder.
·
Pemanfaatan
oleh manusia: untuk obat, parfum, aroma, bumbu, bahan rekreasi dan relaksasi.
3. SEJARAH PENEMUAN BEBERAPA SENYAWA
ORGANIK BAHAN ALAM
Pada
masa awal perkembangan ilmu kefarmasian dan kedokteran, segala informasi yang
terkait dengan obat dan cara penggunaannya dalam budaya Barat disebut “Materia
Medica”, yang berarti bahan obat. Pada saat itu, sebagian besar bahan obat
berasal dari bahan alam, utamanya yang berasal dari tumbuhan. Penelitian
besar-besaran terhadap tumbuhan untuk pengobatan di dunia Barat 370-285 sebelum±pertama
kali dilakukan oleh Theophrastus di Yunani ( Masehi), salah seorang murid
Aristoteles. Dia mengumpulkan berbagai informasi dari para sarjana, bidan,
pencari akar-akaran, dan dokter keliling.
Pengetahuannya
baru bisa disamai 300 tahun kemudian oleh Dioscorides. Dioscorides adalah
dokter Yunani yang juga sebagai ahli botani, merupakan orang pertama yang
menggunakan ilmu tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Hasil karyanya
de Materia Medica Libri Quinque, dianggap sebagai awal dari pengembangan botani
farmasi dan dalam penyelidikan bahan obat alam. Dalam naskah tersebut diuraikan
600 tumbuhan obat, beberapa bahan hewan dan mineral. Banyak sekali tumbuhan
obat yang diuraikan Dioscorides seperti: aspidium, opium, hyoscyamus dan kina
masih digunakan sebagai obat sampai sekarang.
Lambat
laun, seiring dengan meningkatnya pengetahuan tentang obat, spesialisasi
disiplin ilmu mulai menjadi kebutuhan. Pada awal abad ke-19, material medika
bercabang menjadi farmakologi (mempelajari tentang aksi obat) dan farmakognosi
(mempelajari semua aspek tentang obat, dengan sedikit penekanan pada aksi
obat). Istilah farmakognosi berasal dari Bahasa Latin pharmakon = obat, dan
gnosis = pengetahuan; yang digunakan J.A. Schmidt dalam naskahnya yang berjudul
Lehrbuch der Materia medica yang diterbitkan di Vienna pada tahun 1811.
Selanjutnya, C.A. Seydler menggunakan istilah tersebut dalam disertasinya yang
berjudul Analectica Pharmacognostica di Jerman pada tahun 1815.
Pada
akhir abad ke-19, para kimiawan mulai mensintesis senyawa organik dalam jumlah
besar dengan struktur kimia yang makin kompleks. Beberapa senyawa kimia
tersebut bermanfaat dalam pengobatan. Ilmu kimia medisinal yang sejak lama
“tidur” setelah era Paracelsus, saat itu mulai berkembang. Oleh karenanya,
terdapat 3 ilmu dasar dalam ilmu farmasi, yakni: farmakologi (ilmu yang
mempelajari aksi dan efek obat), farmakognosi (ilmu yang mempelajari obat bahan
alam dari: tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) dan kimia medisinal (ilmu
sintesis obat). Situasi ini bertahan hingga pada pertengahan abad ke-20, di
mana pendidikan dan penelitian bidang obat lebih ditekankan kepada obat-obat
sintetis dengan tanpa mengesampingkan obat-obat bahan alam. Mereka yang terus
mempelajari tumbuhan obat dididik dengan dasar ilmu kimia sehingga berkembang
menjadi kimiawan bahan alam (natural product chemist).PERMASALAHAN:
1. Hal apa yang menyebabkan hasil dari suatu metabolite sekunder hanya dijumpai pada tanaman atau sekelompok tanaman tertentu saja?
2. Bagaimana cara mengetahui apakah suatu tumbuhan mengandung senyawa tertentu hasil dari metabolite sekunder?
3. Bagaimana peran dari hasil metabolite sekunder bagi tumbuhan dalam proses kelangsungan hidup tumbuhan tersebut?
Saya ingin mencoba menanggapi permasalah ketiga saudara mengenai peran metabolit sekunder pada kelangsunga hidup tumbuhan.
BalasHapusMetabolit sekunder adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari sumber alami tumbuhan, yang dpat memberikan efek fisiologis terhadap makhluk hidup, pada umumnya merupakan senyawa bioaktif. Senyawa metabolik sekunder tidaklah sepenting metabolik primer dalam kelangsungan hidup organisme, senyawa ini sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan organisme. Senyawa hasil metabolism sekunder (metabolit sekunder) diproduksi sebagai benteng pertahanan tumbuhan dari pengaruh buruk lingkungan atau serangga hama penyakit. Metabolit sekunder tidak memiliki fungsi khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mereka lebih dibutuhkan untuk eksistensi kelangsungan hidup tanaman itu di alam.
saya akan mencoba menanggapi permasalahan yang kedua, dimana disini dijelaskan bahwa Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini selalu dihasilkan tetapi pada saat dibutuhkan atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolisme sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya mengatasi dari hama dan penyakit.
BalasHapusMenurut Springob dan Kutchan (2009), ada lebih dari 200000 struktur produk alamiah atau produk metabolit sekunder. Untuk memudahkan, perlu dibuat klasifikasi. Ada beberapa cara klasifikasi bisa dibuat, seperti berdasarkan sifat struktur, asal-usul biosintesis, atau lainnya.
Berdasarkan sifat strukturnya, Hanson (2011) membagi metabolit sekunder ke dalam 6 golongan, yaitu :
1) Poliketida dan asam lemak,
2) Terpenoid dan steroid,
3) Fenilpropanoid,
4) Alkaloid,
5) Asam amino khusus dan peptida, dan
6) Karbohidrat khusus.
Berdasarkan kandungan N, Wink (2010) membagi metabolit sekunder ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1) Metabolit sekunder yang mengandung N
2) Metabolit sekunder yang tidak mengandung N.
Berdasarkan asal-usul biosintesisnya, Springob dan Kutchan (2009) membagi metabolit sekunder menjadi empat kelompok, yaitu :
1) Alkaloid,
2) Fenilpropanoid,
3) Poliketida, dan
4) Terpenoid.
saya ingin mencoba menjawab pertanyaan pertama,
BalasHapusMetabolit sekunder hanya dijumpai pada satu spesies atau sekelompok spesies tertentu, kenapa demikian ? karena senyawa yang dihasilkan pada saat proses metabolisme merupakan senyawa yang dibutuhkan pada saat tertentu, sehingga tidak semua tumbuhan membutuhkan senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan lain.
baik saya akan menambahkan jawaban no 3
BalasHapusSetiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal.[1] Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Saya akan menjawab permasalahan no 2 dimana Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini selalu dihasilkan tetapi pada saat dibutuhkan atau pada fase-fase tertentu. Berdasarkan kandungan N, Wink (2010) membagi metabolit sekunder ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
BalasHapus1) Metabolit sekunder yang mengandung N
2) Metabolit sekunder yang tidak mengandung N.
Berdasarkan asal-usul biosintesisnya, Springob dan Kutchan (2009) membagi metabolit sekunder menjadi empat kelompok, yaitu :
1) Alkaloid,
2) Fenilpropanoid,
3) Poliketida, dan
4) Terpenoid.
Triterpenoid adalah sekelompok senyawa turunan asam mevalonat. Semua jenis triterpenoid dipisahkan dengan cara yang sama, yaitu berdasarkan KLT dan KGC. Identitas dipastikan dengan menentukan titik didih. Triterpenoid tersebar luas dalam dammar, gabas, dan kutin tumbuhan. Asam damar adalah asam triterpenoid yang sering bersama-sama dengan gompolisakarida dalam damar gom.