TERPENOID
Sejak abad ke-17 orang telah dapat memisahkan berbagai jenis senyawa
dari sumber-sumber organik, baik tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme. senyawa-senyawa tersebut misalnya asam
laktat, morfin, kuinin, mentol, kolesterol, penisilin dan sebagainya. Tidaklah
berlebihan bila dinyatakan bahwa ilmu kimia senyawa-senyawa organik yang
berasal dari organisme atau disebut juga ilmu kimia bahan alam merupakan bagian
yang terpenting dari ilmu kimia organic.
Perkembangan ilmu
kimia organik pada hakekatnya seiring dengan usaha
pemisahan dan penyelidikan bahan alam. Hal ini antara lain disebabkan karena
struktur molekul dari senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh
organisme mempunyai variasi yang sangat luas. Kenyataan ini dapat digunakan
untuk mendalami pengetahuan mengenai reaksi-reaksi organik dan juga untuk
menguji hipotesa atau penataan ulang molekul dan spektroskopi serapan elektron.
Disamping itu, bahan alam juga merupakan tantangan daalam penetapan struktur
molekul yang kadang kala sangat rumit seperti vitamin B12 dan sintesa molekul
tersebut in vitro. Oleh karena itu ilmu kimia bahan alam adalah salah satu
bidang dimana banyak reaksi kimia dapat dipelajari.
Minyak
atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik
yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari 25 senyawa atau komponen yang
berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya
mengandung karbon, dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak
bersifat aromatik yang secara umum disebut terpenoid.
Fraksi
yang paling mudah menguap biasanya terdiri dari golongan terpenoid yang
mengandung 10 atom karbon. Fraksi yang mempunyai titik didih lebih tinggi terdiri
dari terpenoid yang mengandung 15 atom karbon.
Sebagian
besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih
unit C-5 yang disebut isopren. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren
atau unit C-5 penyusun senyawa tersebut.
Senyawa umum biosintesa terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan
isoprene aktif berasal dari asam asetat
melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan
senyawa dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-,
dan poli-terpenoid.
3. Pengabungan
ekor dan ekor dari unit C15 atau C20 menghasilkan terpenoid atau steroid.
Senyawa terpenoid dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
Monoterpenoid
Monoterpeoid
merupakan senyawa essence dan
memiliki dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unti isopren atau
dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah
diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga, dan jenis
vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
Struktur
dari senyawa monoterpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan dari 38 jenis
kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai
penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene. Struktur monoterpenoid dapat
berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak
dimanfaatkan sebagai antiseptik,
ekspektoran, spasmolotik, dan sedatif.
Disamping itu monoterpenoid yang sudah banyak dikenal banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makanan dan parfum dan ini banyak
digunakan komersial dalam perdagangan.
Dari
segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linaol dari salah satu menjadi
yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini
yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi
reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi
menghasilkan sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.
Peubahan
GPP in vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetic
disebabkan reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder. Senyawa
seperti monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang banyak variasinya. Oleh
karena itu penetapan struktur merupakan hal yang penting. Jenis kerangka karbon
monoterpenoid antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi
senyawa aromatik. Penetapan struktur selanjutnya adalah melalui penetapan gugus
fungsi dari senyawa yang bersangkutan.
Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid
merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isoprene yang terdiri
dari kerangka unit asiklik atau bisiklik dengan kerangka naphtalen. Senyawa
terpenoid mempunyai boiaktifitas yang cukup besar, diantaranya sebagai
antifeedant, hormone, antimikroba, antibiotic dan toksin sebagai regulator
pertumbuhan tanaman dan pemanis.
Senyawa-senyawa
seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan trans farnesil
piropospat melaului reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lain. Kedua isomer
farnesil piropospat ini dihasilkan dari melalui mekanisme yang sama seperti
isomerisasi abtara geranil dan nerol.
Diterpenoid
Diterpenoid merupakan senyawa yang
mempunyai 20 atom karbon yang dibangun oleh 4 unti isoprene. Senyawa ini
mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormone pertumbuhan
tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga,
inhibitor tumor, senyawa pemanis, abtifouling dan anti karsinogenik. Senyawa
diterpenoid dapat membentuk asiklik, bisiklik, trisiklik, dan tetrasiklik. Tata
nama yang digunakan merupakan tata nama trivial.
Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid,
telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal
dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dar sekualen. Tritepenoid
terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau
berupa 4 siklik 6 yang mempunyai fungsi siklik pada siklik tertentu.
Struktur
terpenoid yang bermacam ragam timbul akibat dari reaksi sekunder berikutnya
seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil,
farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan
dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini
berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau
asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, seringkali
bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak
ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi
Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang
dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru.
Triterpenoid
dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa : triterpena
sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua golongan yang
terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai
glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala senyawa
baru ditemukan dan cirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui
tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan
β-amirin serta asam turunannya yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa
ini dan senyawa sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan
dalam buah, seperti apel dan pear, dan mungkin mereka berfungsi sebagai
pelindung untuk menolak serangga dan dan serangan mikroba. Triterpena terdapat
juga dalam damar, kulit batang, dan getah seperti : Euphorbia, Hevea, dan
lain-lain (Harborne, 1987).
SINTESIS TRAPENOID
asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.
ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
TERPENOID
Ekstraksi senyawa terpenoid
dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. Sekletasi
dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji
dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana
dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas
bakteri. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol
dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana.
Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu
disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji
fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteri dilakukan dengan
pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis.
Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Meller-Hinton broth kemudian
diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C.suspensi baketri
homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya
yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C.
dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji
fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard.
Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan
asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk
membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil
didalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan
senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil
adalah tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji
terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam
asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil tidak akan terbentuk.
BIOAKTIVITAS
- Secara kimiawi, kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3 .Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan ˜-sinensial (0,01%). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Bahan aktif yang berperan terutama senyawa limonen yang dikandung minyak atsiri kulit jeruk. Limonen berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, dan bahkan bisa menghambaat pertumbuhan sel kanker dan dapat meningkatkan nafsu makan seseorang. Selain limonen, minyak atsiri kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil dan terpinol yang berfungsi sebagai penenang (sedative). Ada pula senyawa sitronela yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk (Switaning,2010).
- Senyawa terpenoid telah diisolasi dari ekstrak metanol batang tanaman Actinodaphne procera Nyampu. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan ini diantaranya metode ekstraksi maserasi fraksinasi secara kromatografi lapis tipis KLT kromatografi cair kolom vakum KCKV dan kromatotron. Identifikasi struktur senyawa dilakukan dengan metode spektroskopi ultra violet UV infra merah IR spektroskopi 13C-NMR dan spektroskopi 1H-NMR. Hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa senyawa X merupakan suatu triterpenoid pentasiklik yang memiliki kerangka dasar Lupan yaitu Lupeol. Uji bioaktifitas yang dilakukan terhadap senyawa hasil isolasi meliputi uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT terhadap larva Artemia salina L. dan insektisida terhadap larva instar III Aedes aegypti. Hasil uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT menunjukkan bahwa senyawa ini bersifat aktif dengan nilai LC50 sebesar 68.98 ppm. Uji insektisida terhadap senyawa Lupeol menunjukkan bahwa senyawa ini bersifat aktif dengan LC50 357.03 ppm.
- Isolasi terpenoid dari daun lada (Piper nigrum, Linn) telah berhasil dilakukan. Itu Senyawa (3 mg) diisolasi oleh penggunaan 100% eluen kloroform dengan RF 0,46 sebagai kristal putih. Senyawa ini menunjukkan aktivitas melawan Callosobruncus chinensis. Berdasarkan inframerah dan massa spektra spektrometri, senyawa yang diperoleh diklasifikasikan sebagai seskuiterpen yang mengandung fungsi utama kelompok -OH dan C = C, dengan massa molekul relatif 220 m / e. Uji bioaktivitas dari senyawa ini terhadap Callosobruncus chinensis pada daun kacang hijau menunjukkan bahwa senyawa tersebut menyebabkan tidak hanya pada kematian penyakit tanaman tetapi juga mengurangi aktivitas makan dengan waktu kontak 72 jam. ( http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/sains/article/viewFile/110/pdf )
PERMASALAHAN:
1. Bagaimana pemanfaatan dari senyawa terpenoid bagi manusia dalam bidang kesehatan?
2. Jika dilihat dari sumbernya terpenoid banyak ditemukan pada jeruk, tumbuhan lada, lavender, daun pinus dll. Kita tahu bahwa beberapa tumbuhan tersebut memiliki sifat yang dapat membuat perih mata. Apakah ada hubungan antara senyawa terpenoid dengan kasus tersebut, tolong jelaskan!
3. Bagaimana cara tumbuhan mengaktifkan senyawa terpenoid sebagai antifeedant serangga?